AZUKI

Kita sering berlari dalam rintikan gerimis yang membasahi. Aku, kamu dan hujan. Kita bertemu saat hujan, menelusuri lorong kota yang kita sebut kota mu kota ku dan kota kita. Mengelilingi kota  yang sederhana ini, di bawah rintikan hujan merupakan hobbi kita. Gerimis kecil hingga derasnya hujan mempertemukan kami dalam canda.

Aku benci akhir - akhir ini hujan tak menentu datangnya, kadang pagi, kadang siang, kadang senja dan kadang malam. Namun yang lebih ku benci saat hujan itu datang kita tak bersama. Aku sengaja pulang ke kota kita untuk pertemuan aku, kamu dan hujan, namun tak ku dapatkan. Aku dan kamu tak punya banyak kesempatan untuk saling memandang di bawah hujan. Aku begitu frustasi ketika kita tak bisa terlalu sering untuk bertemu lagi, mengapa aku begitu merindukan pertemuan? walau mungkin kamu tak merindukan sebuah pertemuan? aku merenung sesaat, kenapa aku terlalu terpaku pada fatamorgana.

Kini yang ku tau, aku selalu menunggu hujan, hanya untuk menemuimu, entah apa yang kamu tahu, karena akupun masih belum bisa membaca pikiranmu. Yang ku mengerti, kami memang tak selalu dapat bertemu, hanya saat hujan kami bisa menyatu.

Bagiku, tak penting bagaimana seseorang untuk bertemu. Tak penting berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk saling berbicara dan lalu terdiam. Segala aspek dan teori tentang persahabatan menjadi sangat tidak penting, ketika kamu yang berada didepan mataku, bahkan dalam kebisuan sekalipun, kita bisa saling berbicara dan berkata rindu, karena kebisuan tidak selalu berarti benar - benar bisu.tapi itu dulu.

Aku suka berbicara dengan hujan, aku suka merindukan seseorang yang bahkan dia mungkin tak merindukan ku dalam gerimis hujan yang membasahi kami dulu, ya dulu. aku kamu dan hujan yang dulu. kini hujan tak dapat menyatukan kita namun nyatanya aku suka hujan. ada yang salah?

Penuh Rindu #Sahabat

Azuki