Popular Post

Popular Posts

About

Tidak Semua Yang Diceritakan Disini Pemeran Utamanya Aku, Aku Bisa Jadi Dia, Dia Bisa Jadi Mereka
Anna Zukiaturrahmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Follow My Twitter

Time Is Money

Recent post

Archive for 2015

Ketika seseorang sahabatku bertanya :

"kenapa kamu terlihat tenang ketika sahabat - sahabat mu telah lebih dulu menyelesaikan studynya?".

Aku tersenyum, sahabat ku kembali berkata :

"Senyummu sama sekali tidak memberikan jawaban, tidak kah kamu iri akan mereka? tapi sudahlah, semangatlah untuk tugas akhirmu, segera selesaikan seperti sahabat - sahabatmu yang telah memiliki gelar itu"

Lagi - lagi aku hanya tersenyum.
Namun di dalam hati ini ingin rasanya aku menjawab dan menjelaskan apa yang mereka lihat, berbeda dengan apa yang terjadi. ingin rasanya memberontak, tapi untuk apa? ku rasa hanya membuang - buang energi saja. Sejatinya aku ingin berkata :

"Hai sahabatku, senyum yang kau lihat dari rawut wajahku itu bukanlah kepura - puraan ku. Aku tersenyum ketika sahabat ku menyelesaikan studynya? iya benar aku tersenyum. aku bahagia akan keberhasilan mereka. Iri? iri akan keberhasilan mereka? iya aku iri, tapi iri ini bermuatan positif yang mampu membuat ku tersenyum. Dan kau katakan semangatlah untuk tugas akhirmu, segera selesaikan. hal ini yang harus aku jelaskan. Semangat? terbangun disubuh hari, bergegas menunaikan kewajibanku seorang hamba lalu membersihkan tubuh ini di pukul 06.00 WIB, berpakaian rapi, tepat dipukul 06.30 WIB aku berada dibawah sebuah pohon beringin besar. menanti setiap langkah demi langkah dosen pembimbingku. duduk dengan kurun waktu 8 jam demi menyelesaikan revisian TA ku. sebut saja aku harus mengejar antrian konsultasi. Betapa bahagianya ketika nomor antrianku kebagian dihari itu. tak jarang penantian itu hanya berakhir senyuman. Ketika aku berhasil konsultasi dihari itu, tak butuh waktu banyak aku harus segera merevisi TA ku. tepat dikeesokan harinya aku harus menyerahkan kembali ke dosen pembimbingku. namun dosen pembimbingku butuh 7 hari untuk merevisinya. 6 hari ku buang sia - sia untuk menanti TA ku bermalam di dosen pembimbingku. hingga tiba waktunya hari ke 7 aku harus mengambil revisian kembali. siklus itulah yang aku lalu selama musim Tugas Akhir ini. Aku tak bicara nasib ku buruk dari yang lain, tidak. tapi ini hanya masalah waktu. aku harus ikuti siklus ini. Aku rasa untuk semangat dan kerja keras telah aku lakukan. hanya saja, lagi - lagi tentang waktu. Aku masih mampu terlihat tersenyum dengan TA ku, semua itu karena aku memiliki keluarga yang selalu mensupport ku tanpa mendesak ku untuk menjadi seperti sahabat - sahabatku yang telah memiliki gelar itu. Aku memiliki keluarga yang tau bahwa perjuangan yang dilakukan anaknya sekarang adalah perjuangan terbaik yang dipersembahkan anaknya untuk keluarga kami. mungkin ini jawaban atas senyum ku"

Teruslah berlari, jika kau lelah maka berjalanlah, melangkah terus melangkah, jika kau lelah melangkah maka merangkaklah, yang terpenting jangan pernah berhenti apalagi kembali.
Berkeliling berjam - jam, masuk lihat keluar, masuk lihat keluar. masuk lihat coba copot taruh keluar. Gitu aja terus. bingung kenapa cewek - cewek bisa hobi sama yang namanya shopping. Mau beli atau gak yang penting lihat dulu. Mereka bilang cuci mata. Helloow cuci mata itu di kamar mandi bukan di Mall. Orang bilang wajar kalau cewek suka shopping. trus? gw? cewek? gak suka shopping. Gw coba untuk menyukai apa yang sewajarnya cewek - cewek seumuran gw suka. Shopping? udah gw coba berkali - kali untuk ke Mall niat belanja pulangnya tetap aja gak ada yang dibeli. Bukannya kere tapi gak tau mau beli apa. Gw pengen seperti cewek - cewek seumuran gw. Gw bukan orang yang suka shopping, salon, fashion, dan dkk. yang gw tau hanya tayangan bola, futsal dan travelling. 
Tomboy? apa menjadi diri sendiri itu salah? Gw memang lebih kuat dari saudara - saudara gw yang lain. Mau manjat genteng, ngecat tembok, angkat besi apapun gw kerjain di rumah buat bantu Ayah. kalau bukan gw siapa lagi. Kakak gw gak bisa kerja terlalu keras, bisa - bisa dia asma. Adek cewek gw mending ngerjain pekerjaan rumah dari pada manjat genteng. Gw punya satu adek cowok, itupun masih SD. yang ada gw sama dia tanding bola atau lawan PS hingga larut malam. Gw hanya ingin ngelindungin saudara - saudara gw dari kerasnya dunia luar. Gw juga rela tiap hari ngantarin mama ke pasar, pasti mama ngajak gw. bukan supaya gw hobi belanja, bukan. tapi untuk bantu mama ngangkat belanjaan. Suatu hari pernah gw lagi gak dirumah. mama mau kepasar dan bawa kakak gw. kalian tau yang terjadi? yang ada Mama gw yang repot karena kakak gw hampir pingsan dipasar. Tapi sejatinya gw mau berubah. gw berusaha berubah, tapi gak bisa. gw coba shopping gagal, gw coba dandan gagal, 
Gw gak memohon perhatian siapapun, Gw gak minta apapun. Gw melakukannya karena gw ingin. Banyak orang tak menyukai gw. gw tau itu. Tau.. jika mereka tak menyukai apa yang gw lakukan. Gw suka ngobrol, becanda, menghabiskan waktu bersama alam, gw suka main game, gw suka memasak dan semuanya masih sama,bagaimana sisi lain dari diri gw? Apa orang lain akan melihatnya? selain hanya membicarakan "loe tomboy".


Dari :
seseorang yang hanya ingin menjadi dirinya sendiri

Me Girl

Ketika menempuh pendidikan di Taman Kanak - kanak, pasti akan sering menjumpai pertanyaan "jika kelak kalian sudah besar nanti, kalian ingin jadi apa?" "Dokter, Pilot, Polisi, Guru" teriakan anak - anak yang masih berusia 5 atau 6 tahun yang membara. hanya Saya yang lantang menjawab "Saya ingin menjadi dokter hewan bu guru". Suasana menjadi hening, dan seketika pekikan tertawa ada dimana-mana, Saya terdiam dan kemudian ikut tertawa. Namun kini saya baru menyadari maksud dari tawa itu. Dokter hewan menjadi suatu profesi yang masih dipandang sebelah mata. Tak dapat dipungkiri memang, karena mereka tak kenal dengan profesi yang satu ini. Kenal saja tidak apa lagi tau.

Kini saya duduk di jenjang pendidikan S1 Kedokteran Hewan, hal yang saya ucapkan ketika kanak-kanak dulu menjadi kenyataan, penuh perjuangan untuk menempuh pendidikan ini, kontroversi akan pilihan jurusan saya menjadi tantangan pertama. Saya berkomunikasi dengan orangtua saya yang luar biasa, hingga saya lolos di S1 Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya melalui SNMPTN Undangan. Ayah saya mendukung akan apa yang menjadi pilihan saya sendiri. Mama sempat meragukan pilihan saya hingga 1 tahun pertama duduk di S1 Kedokteran Hewan, saya berniat mewujudkan keinginan Mama untuk lolos di jurusan Kedokteran Umum. maka saya kembali mengikuti ujian SNMPTN tertulis 2012. Saya mengikuti ujian tertulis SNMPTN di gedung FIB lantai 2 ruang 2.1 Universitas Brawijaya dengan duduk di urutan kursi paling depan. Hal yang sangat mengacaukan konsentrasi saya ketika saya mengetahui penjaga ujian saat itu adalah Penasehat Akademik saya sendiri di Kedokteran Hewan. Percakapan PA,"dek? kamu ngulang ujian lagi? Kedokteran Hewan mu?" Saya,"Saya hanya ingin mencari jawaban atas apa yang ditanyakan orang - orang selama satu tahun ini kenapa saya memilih Kedokteran hewan dokter,". Saya memilih Kedokteran Umum UNAND pilihan pertama, dan Kedokteran Umum UB pilihan kedua.

Ketika pengumuman secara online telah dapat diakses, saya mencoba menekan nomor ujian dan pass saya. kata "Maaf anda belum lulus" muncul dilayar laptop. Seketika saya tersenyum dan mengabari kedua orang tua saya. Namun sehari berselang, sebuah surat melayang ke kediaman saya di Payakumbuh. surat itu beramplopkan coklat dengan kop surat "Kedokteran Universitas Batam" yang isinya : 
"Kedokteran UNAND memiliki kerjasama dengan Kedokteran UNIBA, menurut hasil SNMPTN tertulis atasnama "Anna Zukiaturrahmah" yang memperoleh skor satu nomer dibawah garis penerimaan kedokteran UNAND, maka kami pihak Kedokteran UNIBA mengundang saudari, Resmi diterima di Kedokteran UNIBA tahun 2012. Terimakasih, Selamat atas prestasinya."

Rasa bangga yang dirasakan kedua orangtua saya membuat tubuh saya merinding. namun rasa bimbang timbul dalam diri saya sendiri. FKH? atau FK? menjadi pertanyaan yang mengganggu tidur saya. hingga akhirnya saya kembali berkomunikasi dengan orangtua yang luar biasa. Ayah selalu memberikan kebebasan kepada anak - anaknya. dan pada akhirnya Mama memahami apa yang diinginkan anaknya. Ayah dan Mama menyetujui pilihan saya untuk tetap di Kedokteran Hewan UB, melepaskan kesempatan Kedokteran Universitas Batam. Setidaknya dari hal ini saya memiliki jawaban atas pertanyaan "kok dokter hewan? kenapa gak dokter manusia?" jawabannya adalah "Saya cinta akan profesi ini, pilihan dokter hewan adalah pilihan saya sendiri, bahkan tawaran menjadi dokter manusia saja saya tolak", sedikit sombong memang tapi tak ada kata yang mampu mengungkapkan betapa saya sangat mencita-citakan profesi kedokteran hewan. Saya tau apa yang dirasakan kedua orangtua saya ketika ditanya "anaknya kuliah dimana pak? buk?" "kedokteran hewan" "kenapa gak dokter manusia saja pak, buk?". Saya merasakan apa yang dirasakan orang tua saya, dokter hewan di pandang sebelah mata? mungkin itu sekarang, tahun depan? atau 5 tahun lagi? lihat saja nanti. yang terpenting sekarang saya bangga punya orang tua seperti mereka, selalu mendukung pilihan saya sendiri. karena mereka menaruh harapan besar terhadap saya, dan saya akan mewujudkan itu.




roda motor berputar melawan gerak angin, semakin cepat dan berhenti seketika. Ia berlari menuju ruang yang ia sebut zona nyaman lalu berbegas menyalakan alat elektronik yang selalu menemaninya menelan waktu. Kini Ia berada didepan layar sembari sibuk bercumbu dengan kata per kata. Hal yang dapat dipetik dari hari ini ialah "Pemuja Sajak Akan Bisu Ketika Ia Berada di Hadapan Orang yang Ia Sayangi". Sajak yang sering ia ciptakan, kata romantis yang mampu menerbangkan orang yang ia gombalkan berasa menari di angkasa, namun semua itu tak akan berkhasiat ketika Ia berdiri tepat di depan bola mata orang yang ia sayangi. Semua kata yang pernah ia rangkai akan membeku dan perlahan hilang meleleh tak bersisa. Biar ku ceritakan kepada mu bahwa pemuja sajak memiliki kelemahan itu, Ia hanya akan bisa memperlihatkan rasa sayangnya lewat jejaring sosial, lewat pesan singkatnya tanpa bertemu dengan orang yang ia sayangi. Pemuja sajak layak kau sebut pecundang, Ia boleh tampak dingin jika bertemu, tapi Ia memiliki kasih sayang yang jauh lebih besar dari orang yang kau pujakan kasihsayangnya. Pemuja sajak terlatih tersakiti, namun Ia tetap bertahan dan berdiri tegap melawan kenyataan bahkan menjadi motivasi bagi mereka - mereka pengemis kebahagiaan. Sudahkah kau menemukan jawaban tentang kenapa ketika bertemu dengan kau, aku seketika dingin dan tak seasyik saat kita berbagi cerita di pesan singkat? Jawabannya,, Mungkin kau salah satu orang yang ku sayang.

Sang Pemuja Sajak

Kenanglah ibu yang selama ini telah menjaga melindungi dan mengajarimu berbagai hal sejak kau lahir tanpa daya, kenanglah ibu mu yang selalu meneteskan air mata ketika menyaksikan perilakumu yang tidak baik, ingat kah engkau ketika ibu mu rela tidur tanpa selimut, demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut pembalut tubuhmu, ingatkah engkau ketika jemari ibumu mengusap lembut kepalamu dan membantu menyisir rambutmu, dan ingatkah engkau ketika air matanya menetes melihat kau terbaring sakit? sadarkah engkau sebenarnya tanpa sepengetahuanmu, setiap kali berdoa ibu mu selalu menyempatkan memohon kepada Tuhan, untuk segala kebaikan, kemudahanmu dan kesuksesanmu. sadarkah engkau ketika kau menghadapi ujian esok, bisa jadi ibumu lebih sering berdoa secara khusus, semua demi kesuksesanmu dalam ujian, karena kesuksesan sekolahmu adalah salah satu harapan besar, karena kesuksesan sekolahmu adalah salah satu keinginan, bertahun tahun ayahmu dan ibumu berjuang dengan segala cara, untuk menjamin keberlangsungan pendidikan mu. Salahkah bila mereka begitu berharap akan kesuksesanmu, salahkan bila mereka begitu menginginkan kesuksesanmu, salahkan bila mereka berharap kelulusanmu, salahkan bila mereka begitu menginginkan kelulusanmu, Engkau tentu bisa membayangkan, bagaimana kecewanya mereka bila engkau gagal dalam belajar, bagaimana terlukanya perasaan mereka, bagaimana menahan malu dihadapan orang - orang disekitarnya. mereka merasa gagal dalam mendidik engkau, mereka merasa perjuangan mereka begitu sia - sia, jangan biarkan ibumu kecewa, jangan biarkan ibumu terluka, buatlah ia bahagia dengan kesuksesanmu, buatlah ia bersuka cita, buatlah dia bangga padamu, jangan biarkan engkau kehilangan saat - saat yang akan kau rindukan di masa datang, ketika ibu telah tiada, tidak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kedatanganmu, tidak ada lagi senyuman indah tanda bahagia, yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuni, yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamar, tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu makan, tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika kamu sakit, tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata mendoakanmu disetiap hembusan nafasnya, hadirkanlah ibumu dalam ingatanmu, peluklah dia ciumlah kakinya dan niatkanlah dalam hati untuk memberikan yang terbaik baginya, berdoalah untuk kesehatan dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayang, jangan biarkan engkau menyesal dimasa datang, berikanlah yang terbaik untuk ibu yang selalu menyayangimu, katakanlah dalam hatimu maafkan aku ibu, katakan padanya betapa engkau teramat mencintainya, betapa ia sangat berarti dalam hidupmu.

Salahkah Mereka Yang Menginginkan Kelulusanmu

Selain mengingatmu, tak ada yang lebih penting bagiku hari ini. Detik ini aku hanya ingin menyapamu dengan untaian doa, sebelum hari ini berubah nama menjadi kemaren. Aku cuma mau ngucapin rasa syukur ini karena bisa dipertemukan denganmu, mengenalmu sejak 12 tahun silam. Tak ada yang lebih masuk akal saat ini, aku hanya bisa mendoakanmu dan berharap hari ini ada seseorang yang menarik tubuhku yang begitu jauh, agar segera mendekat ke arahmu. 12 tahun telah menjadi lembaran cerita yang tak mampu aku bukukan. Ingatkah kamu dari yang hanya mengenal cara mengukur volume kubus, ketika kita belajar bersama cara menghitung jarak tempuh, waktu tempuh dan sekarang hingga mengerti akan arti jarak sebenarnya. Ingin rasanya aku mengulang tanggal ini di tahun - tahun sebelumnya, ketika tanggal ini datang aku berada disampingmu, merayakan ulangtahun mu bersama, menyerahkan kado untukmu langsung dari jemari tangan ku. Sekali lagi, mungkin itu dulu. hanya saja akan terulang di moment yang berbeda, bukan lagi ulangtahunmu melainkan pernikahanmu kelak.
Tak ingin semakin banyak menguras air dari pelupuk mata ini, umurmu sudah bertambah satu, apa yang kamu do'akan kepada Allah? kalau aku, aku hanya ingin Allah terus menjagamu dalam pelukanNya. Karena aku telah pasrahkan pada Allah, bahwa hanya Allah lah yang akan memelukmu erat setiap saat. Selamatulang tahun untukmu sahabat kecilku yang telah kita namakan saudara. tetaplah jadi yang terbaik, bersinar dengan caramu yang sederhana namun mempesona.



dari orang yang menyimpan rindu 
dibalik jarak 2211km



Menjagamu Dalam PelukanNya

Perihal mencintai,  mencintai itu ibarat sepasang kekasih yang mengantre untuk menaiki bianglala. Saat kosongnya tepat berada di giliran kita, yang perlu diperhatikan adalah masing - masing di antara kita harus mengenggam tangan seorang, memastikan keduanya siap berada di dalam satu ruang yang sama, tanpa ada keraguan. Tanpa ada orang ketiga di dalamnya selama bianglala berputar. Sehingga, selama menaiki bianglala, kita dapat merasakan hal yang sama bersama-sama : rasa takut akan ketinggian ketika bianglala berada di atas puncak tertinggi, rasa deg-degan ketika bianglala berputar ke bawah, dan di antara kedua rasa tersebut, kita harus mengeratkan genggaman dan saling meyakinkan : aku akan selalu ada untuk mu, dan kamu akan selalu ada untuk ku.
Sesederhana itulah mencintai. Dan, merasakan cinta pertama berarti merasakan untuk kali pertama pengalaman menaiki bianglala. Bianglala pertama Aprisya ia lalui dua bulan yang lalu. yang tak pernah ia sadari sebelumnya. Dua bulan berlalu, Deka yang dulu berjalan lunglai, sekarang layaknya prajurit yang berjalan tegap.Lelaki itu lebih terlihat dewasa dari biasanya. Setelah Aprisya putus dari Tito, Deka kembali datang dalam jalur kehidupan Aprisya. Yang berbeda hanyalah, sekarang Deka lebih sedikit berani dan yakin akan cintanya. Deka mulai berusaha mendekati Aprisya kembali. Namun tak butuh waktu lama untuk Deka mendekatinya. Tepatnya di suatu malam di kota mereka. Dering handphone berbunyi menepis kesunyian malam.
"malam Sya, sedang apapun kamu disana, aku hanya ingin menyapamu dan berharap mendapat balasan senyuman mu :) " Sms Deka mengejutkan Aprisya. serasa disambar petir di malam dengan rintikan gerimis.
" :) " balasan Aprisya singkat, hanya icon titik dua tutup kurung telah menjawab semua pesan yang ditujukan padanya.
" Sya, sejak kali kita pertama kali ketemu ketika aku mengantar kamu pulang kerumah sepulang latihan drumband, setiap aku nyasiin kamu perform, aku sudah menyukai mu, aku tak memohon perhatian darimu, aku tak meminta apapun, aku melakukan semua ini karena aku menyukaimu, kejadian yang lalu bukan karena aku tak mencintaimu hingga membiarkan mu bersama Tito, itu hanya karena nyali ku tak ada untuk menyatakannya, namun sekarang aku sadar, aku tak mau kehilanganmu untuk kedua kalinya. Aku tau kamu tak menyukai ku, kamu tak menyukai sikap ku yang tak segentelman lelaki lain, aku tau kamu malu punya pacar sepertiku. aku tau itu, tapi aku benar-benar mencintaimu"
Hal yang sebenarnya ditunggu Aprisya pun menjadi kenyataan, menanti kata cinta yang telah lama ia sembunyikan dibalik kegengsiannya. Malam yang beribu bintang menjadi saksi sejarah akan hari jadian mereka.
***
Seperti ombak yang terus bergulung, menepi menuju sepi, seperti angin yang berembus mengurai sejuk, seperti itu juga kenangan yang mereka simpan dalam kotak terindah bernama hati, tentang mereka pertamanya saat rasa itu ada. Tujuh malam telah berlalu, tak ada satu haripun untuk mereka mampu bertemu. Hanya mencintai dibalik pesan singkat, mendengarkan lantunan suara pun tidak, apalagi untuk saling bertatap muka. Ada ketakutan tersendiri di dalam diri Aprisya setiap diajak untuk bertemu. Rasa nervous yang teramat besar membuat Ia di nilai mempermainkan cinta tulus yang Deka berikan. Namun sejatinya cinta yang terlalu besar membuat Aprisya ketakutan, keringat dingin, dan seketika menjadi bisu saat bertatap muka dengan orang yang benar - benar ia cintai. Berulang - ulang kali Deka mengajak Aprisya untuk bertemu sekedar makan siang, menemani mencari buku sekolah, menemani mengerjakan tugas sekolah, semua itu ditolak oleh Aprisya, dua hingga tiga minggu Deka sabar dengan hubungan mereka yang kaku. Namun tetap berjalan seperti air mengalir. belajar memahami wanita yang ia cintai. Hingga kesabarannya pun terhenti dan membuat hubungan mereka dilanda pertengkaran kecil. Deka bersikap dingin pada Aprisya. Dinginnya hubungan mereka memberi celah akan masuknya orang lain di cerita cinta mereka. Rasa diabaikan Aprisya pun timbul ketika Deka sibuk dengan organisasinya, Dengan support dari sahabat - sahabatnya Aprisya mampu mengalahkan rasa egois, grogi dan gengsinya untuk datang ke rumah Deka di saat hari ulangtahun ke-14 lelakinya itu. Pertama kalinya Aprisya memberikan sebuah hadiah kepada lawan jenisnya. Kado itu terbungkus rapi hasil kreasinya sendiri. Dibawah teriknya mentari siang itu ia yakin bertemu untuk pertama kalinya setelah hubungan mereka resmi pacaran.
"Siang Pa, Dekanya ada?" sapa Aprisya kepada lelaki tua yang membukakan pintu rumah yang ia kunjungi.
"Dekanya lagi tidak dirumah nak, ada yang bisa Saya bantu?" jawab sosok Papa Deka sopan.
"Ohh Saya hanya mau ngasihin hadiah ini Pa, Selamat ulangtahun buat Deka, Kalau begitu Saya pamit Pa, terimakasih" Asprisya mencium tangan lelaki tua untuk pamit pulang.
Ada rasa kecewa yang teramat besar dalam hati Aprisya saat itu, sebelum berada didepan pintu rumah Deka, Dari balik jendela Aprisya telah melihat Deka duduk santai memainkan petikan gitar di kamarnya. Namun Deka sengaja tak keluar untuk menemuinya. Aprisya hanya menghela nafas panjang dan beranjak meninggalkan lokasi itu.
Bingkisan kado dari Aprisya berkali - kali dipandangi Deka yang berada diatas meja belajarnya. Bingkisan itu tampak indah, penuh warna warni dengan ikatan pita biru. Perlahan Deka membuka ikatan demi ikatan dan mulai mendapati kotak kecil didalamnya. Gantungan Kunci dengan tulisan "Aku mencintaimu, dan rindu ini selalu ada, Happy Birthday My Dear" merupakan ungkapan hati dari Aprisya saat itu. Deka cengengesan membacanya. berulang kali Deka memandangi gantungan kunci itu. Membawa bayangan wajah Aprisya lari - lari dalam otaknya. Senyuman manis Aprisya datang menghampiri pikirannya. Malam yang diselimuti penuh senyuman membawa ia tertidur menyudahi perayaan hari lahirnya.
***
Sabtu sore berikutnya, Aprisya baru saja pulang dari sekolah, melepas lelah di ruang tamu sembari mendengarkan koleksi musik yang ia punya. tiba - tiba deringan telvon menghentikan playlist musik yang ia dengar,
"hai, kamu udah makan? aku kerumah mu ya, aku mau traktir makanan kesukaan mu" ajak Deka tiba - tiba.
"wah maaf, aku lagi diluar makan sama teman - teman" jawab Aprisya bohong, sejatinya karena ia baru saja pulang dari jalan - jalan sama teman - temannya dan masih sangat lelah.
Kebohongan demi kebohongan kecil kembali timbul di hubungan mereka. bahkan kecemburuan Deka semakin frontal disetiap pertengkaran terjadi. Kecemburuan pada para teman lelaki Aprisya menjadi sumber ketidak harmonisan hubungan mereka. Dion satu nama yang menjadi sumber bahasan pertengkaran mereka. Dion adalah teman dekat Aprisya dalam satu organisasi. Tak ada hubungan yang spesial antara Aprisya dan Dion. Aprisya tak memiliki rasa sedikitpun pada Dion, hanya saja Dion selalu memberikan perhatian pada Aprisya yang berbeda dari teman lainnya. Hingga pertengkaran Aprisya dan Deka tak terkendalikan. Rabu, kata putuspun keluar dari mulut Aprisya. namun dengan rasa cinta yang mereka miliki masing - masing hal itu hanya bertahan dua hari, Jum'at, Deka meminta maaf akan tuduhan yang berlebihannya kepada Aprisya dan meminta untuk balikan kembali. Atas dasar rasa memiliki mereka kembali balikan. Cobaan akan hubungan mereka tak hanya berakhir sampai disana. masih banyak lika liku itu. (bersambung)

Anastesi Cinta #vial3

Fase peralihan peremajaan membawa Aprisya dan Deka melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas (SMP) pilihan mereka masing - masing yang membuat mereka semakin jauh. Takdir mempertemukan Aprisya dan Vita satu sekolah madrasah. Sedangkan Kina dan Deka dipertemukan dikelas yang sama di sekolah negeri. Deka tak menganggap jarak akan mampu berbuat kejam pada cintanya. Cinta pertama yang ia perjuangkan, mencuri hati seorang gadis yang bersembunyi dalam helai ilalang. Sore itu Deka dan Aprisya dipertemukan disebuah pusat perbelanjaan. Aprisya menyeringai datar. pandangan itu pura-pura, Aprisya tau persis bahwa lelaki yang sedang memandangnya adalah Deka.
"Dia selalu tau kapan aku akan melewati sekolahnya, dia selalu tau jam berapa aku akan berada disini sepulang sekolah, untuk apa dia memperhatikanku segitu dalam? buat apa? mana nyalimu menyapaku? hanya memperhatikan dari jauh kebiasaanmu? iya itu kamu" bisik hati Aprisya saat menatap Deka dari kejauhan.
Dan untuk sore ini Deka pasti sudah meneguhkan hati sedaritadi hanya untuk mengeluarkan suara dan raut muka tegangnya. membujuk hatinya sepanjang hari agar berani menegur seorang gadis yang mencuri pandangannya. "Tak ada salahnya memberikan imbalan akan keberaniannya menyapaku sore ini" gumam Aprisya. maka ia tersenyum tipis, teramat tipis malah, sedikit menoleh meski tak menatap mata Deka. Lantas dengan cepat kembali memandang ke depan. Aprisya sama sekali tak berselera diganggu oleh lelaki itu. Lelaki itu menarik nafas pelan. Tersenyum tanggung. Lantas undur diri pelan-pelan.
***
Senyum pemisah dipusat perbelanjaan menjadi gerbang masuknya Deka kedalam labirin hati Aprisya. Deka tersesat didalamnya. Waktu yang mulai memaksa akan cerita dua insan menenggelamkan mereka dalam kata cinta. Perjuangan Deka yang selalu dipandang sebelah mata oleh Aprisya membuat Deka semakin yakin bahwa ini hanyalah teka - teki yang harus ia menangkan. Hanya Kina sebagai kompas yang akan membawanya berlabuh didermaga hati dari gadis pemilik jiwanya kini. Disela jam istirahat, Deka berusaha mencari moment untuk mendekati Kina, Hal itu hanya demi mencari informasi sederhana tentang Aprisya, "kin, Aprisya hari ini ngelewatin basecamp kita seperti jam biasakan?" tanya Deka girang. "Dek, kamu gak capek apa? ini ke 44 kali pertanyaan yang sama kamu lontarkan ke aku, gak aku jawabpun kamu udah tau jawabannya" geram Kina. Deka menarik nafas panjang dan menurunkan nada bicaranya "Kin, menurutmu, Aprisya suka aku kagak sih? apa hanya aku yang terlalu berharap? Aku kurang apa?" "kurang gantleman bung, lain kali kalau jalan dipertegap dikit, staycool gitu" Kina memperhatikan Deka dari ujung kepala hingga kaki. "hhmm kalau menurut ku, iya hanya itu Dek, tak ada wanita yang tak tertarik dengan lelaki segenius sepertimu, perjuanganmu, kegigihanmu dan kesholehanmu, wanita itu diperjuangkan, dan hanya lelaki hebat yang mampu mendapatkan wanita hebat. tak kan ada hasil yang mengkhianati suatu perjuangan, bertahanlah, kamu pasti akan mendapatkannya" Jawab Kina yang tak percaya ia berhasil berkata sebijak itu. "huuft sok bijak kamu, tapi benar juga, dia pasti jadi milik ku, hari ini, lusa atau nanti. Dan besok aku mulai belajar berjalan tegap denganmu," "oke siap bung", mereka berdua beranjak meninggalkan taman sekolah.
***
Dari sorot sudut sekolah yang berbeda, Vita dan Aprisya berjalan beriringan menuju halte angkutan umum kota, "Sya, hari ini temanin aku belanja ya" ajak Vita. "iya, iya, iya, boleh" girang Aprisya tak biasa. "loh kok kamu senang banget, ada apa? hhmmm biar bisa ketemu Deka ya? hayoo ngaku" "gak, ngapain ketemu dia, lihat dia jalan dari kejauhan, aku seperti sedang menyaksikan penari shalsa beraksi, amit -amit dah". Aprisya tak pernah mengakui perasaan yang sebenarnya ada dalam hatinya. Ia menyembunyikan apa yang ia rasakan, bukan karena ia tak suka, hanya saja ketidakyakinan ia akan cinta pertamanya untuk jatuh pada lelaki seperempat wanita itu. Gengsi menjadi malapetaka diantara mereka. Bahkan sahabatnya saja tak mampu membaca berapa besar cinta yang Aprisya punya untuk lelaki yang berjuang untuknya.
***
Sore di Payakumbuh, sepulang sekolah Deka pun menepati janjinya untuk mulai belajar berjalan tegap layaknya jendral angkatan udara yang siap memasuki lapangan upacara paripurna. "siap untuk hari pertama?" suara tegas Kina memekikan gendang telinga. "biasa aja, kita bukan mau latihan tentara juga" tanggapan Deka datar. "hahaha, ya sudah mulai dari sana, gaya cowok jalan itu paha kiri dan kanan gak boleh bersentuhan, paham" Kina memperagakan cara berjalan ala lelaki. Deka menirukan beberapa kali, mencoba, lagi, lagi dan lagi. "udah dulu hari ini, besok kamu terapin jalan kayak gitu, oke bung" Kina mulai meninggalkan Deka yang masih memperagakan  style baru berjalannya.
***
Waktu mulai melukiskan cerita - cerita perjuangan Deka untuk mendapatkan Aprisya. Banyak hal yang berubah dari Deka, cara berjalannya, style pakaiannya, cara bicaranya, dan masih banyak lagi. Waktu yang ia luangkan sebelum ia pulang kerumah hanya untuk menunggu Aprisya lewat didepan sekolahnya, hanya sekedar menatap an berlalu. hanya itu. tapi menjadi rutinitas mereka untuk saling menatap tanpa kata, Dan detak detik jam semakin membawa mereka saling memahami perasaan masing - masing. tak ada kata jadian yang begitu pasti dan sah. tak ada ungkapan cinta yang nyata diantara mereka, hanya hati yang mampu menterjemahkannya. Namun begitu bahagia yang tergambar dari lekukan wajah Deka ketika mereka didekatkan lewat cara Tuhan, sedangkan Aprisya masih memaksakan untuk senyum keikhlasan karena ia tak yakin bahwa Deka akan menjadi kekasih yang ia harapkan, kekasih yang gantelman, kekasih yang mampu melindunginya ketika ia dalam bahaya, dan yang akan selalu datang ketika ia membutuhkannya. Aprisya merasa, lelaki yang diharapkannya itu bukanlah sosok Deka. tapi ia mencoba menjalani kisah cinta monyet itu tanpa rasa percaya. hubungan mereka berjalan entah 6,7,8, atau 9 hari. Mereka tak pernah mengingat hal itu. mungkin Aprisya terlalu meremehkan hari - hari penting yang seharusnya tak ada, hingga hal yang mereka lalui disaat pacaranpun tak ada satupun yang ia ingat. mungkin Deka menyebutnya kejam, tapi benar, memang benar Aprisya terlalu kejam dalam kegengsian yang menyelimutinya. hingga kesibukan masing - masing membuat mereka mulai menjauh dan memulai kehidupan masing - masing tetapi Deka selalu menyebut nama Aprisya disetiap langkah hidupnya meski kini mereka tak sedekat kemaren. Aprisya mulai merasa kehilangan, "maafkan aku yang telah menyia-nyiakanmu bung" lafaz Aprisya diakhir gelisah yang sesungguhnya ia masih menunggu ungkapan cinta Deka yang nyata, bukan hanya kedekatan yang begitu erat tanpa ada status yang jelas di cerita cinta yang tak percaya ada.
***
Banyak orang bilang wajah Aprisya cantik, rambut hitam panjang, kecerdasan berfikir, kedewasaan, penjelmaan positif, mata misteriusnya, dan bibir mungilnya menjadi daya tariknya untuk memikat hati lelaki manapun. Seorang lelaki mulai tertarik padanya. Hingga Aprisya mulai menjalin hubungan dengan Tito, tetapi tak ada yang spesial dari hubungan mereka. Aprisya tak merasakan hal istimewa saat bersama Tito. Disela hubungan itu, untaian huruf D-E-K-A tiba - tiba muncul dalam putaran garis lintang dalam benak Aprisya, bukankah seharusnya Ia bahagia dengan Tito? Apa Aprisya menerima Tito hanya untuk memanas-manasi Deka yang tak kunjung menyatakan cintanya. Menjalin hubungan dengan lelaki lain untuk memancing keberanian Deka mengungkapan dan ketulusan cintanya. kenapa hanya nama Deka yang ada dipikirannya? ataukah ini yang dinamakan karma? ahh bukan.. itu hanya imajinasi Aprisya saja. Ia berusaha meyakinkan pikirannya sendiri. hingga hubungan Aprisya dan Tito pun kandas seketika. "Dan kau bung, kau lah yang menjadi alasanku untuk mengakhiri hubungan ku dan Tito, karena aku menunggu ungkapan cintamu, yang aku takutkan cintamu basi jika kau menunda mengungkapkannya" ujur Aprisya pada ilusi bayang sosok Deka yang menghampiri pikirannya. (bersambung)

Anastesi Cinta #vial2

- Copyright © 2013 AZUKI - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -