Popular Post

Popular Posts

About

Tidak Semua Yang Diceritakan Disini Pemeran Utamanya Aku, Aku Bisa Jadi Dia, Dia Bisa Jadi Mereka
Anna Zukiaturrahmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Follow My Twitter

Time Is Money

Recent post

Archive for Juni 2014

Dimalam yang sedingin ini, mungkin kamu sedang menggenggam jemari seseorang, sedang merasakan hangatnya suasana hidangan, sedang mendengarkan alunan musik di cafe yang penerangannya begitu romantis atau mungkin malah sedang bermain biola sambil melirikan mata mu pada wanita yang ada di depan mu, wanita yang kau sebut pacarmu.
Malam ini sambil mendengar lagu Orang Ketiga yang dilantunkan Hivi, aku bermaksud  menghantarkan perasaan rindu ini padamu, rindu yang tak kau ketahui, rindu yang tak kau pahami, rindu yang tak seharusnya ada. Bodohkah aku? tololkah aku? iya, sejak kamu hadir mengguncangkan hari - hariku, aku tak lagi bisa membedakan mana kebenaran dan ketololan. Semuanya berkiblat ke arahmu, otakku dan hatiku. semakin hari aku semakin sadar, aku sedang dalam keadaan sangat mencintaimu, ya kamu, orang yang telah memiliki pasangan sejak 2 tahun lalu.

Aku tak tahu arti semua ini, aku tak tahu mengapa kau izinkan aku melangkah pelan masuk ke dalam dunia "kalian"? dan kau biarkan aku mengganggu hubungan kalian?, kau izinkan aku bertanya banyak hal. aku tak kau posisikan sebagai pengganggu, kau buka tanganmu lebar - lebar namun kau tak mengajak aku masuk ke dalam pelukanmu. aku sadar aku bukan siapa - siapa, aku hanya gadis pemimpi yang mendambakan ksatria tangguh yang suatu saat akan membangunkan ku dari tidur, namun kutahu sosok itu bukan kamu. iya bukan kamu, semua ini karena cerita yang hanya mampu dibaca oleh isyarat, di baca oleh hati kita masing - masing.

dari pengganggumu
yang hanya dungu menyimpan rindu
gagu saat bertemu
menangis tersedu saat memelukmu

Salah Siapa?

Dear Mama ku Tercinta

Hutang yang tak akan pernah lunas. Apapun yang aku lakukan, bahkan semua keinginan yang mama pinta dariku, dan aku berhasil memenuhinya, pasti itu semua sangat tak seberapa. Sangat tak bisa menandingi atau membayarnya penuh atas apa yang telah engkau berikan padaku. Tak akan pernah bisa mengganti segala bentuk perjuanganmu.

Suatu waktu, di saat aku kecil, engkau pernah berkata, seandainya engkau gendong aku, kata Mama, dari rumah dengan berjalan kaki, pulang-pergi menuju Mekkah, maka itu semua tak akan pernah bisa membalas jasa yang telah diberikan. Seperti Kenapa semua itu terjadi? Seperti hutang yang tak akan pernah lunas sampai kapanpun.

Saat masih bisa didalam kandungan selama berbulan-bulan, awal dan untuk pertama kalinya aku sudah mulai merepotkan Mama. Kemanapun engkau saat itu, aku membuat gerakmu terhambat. Aku membuatmu tak bernafsu untuk makan ini-itu. Makan-makanan yang engkau sukai, tapi karena diriku, engkau berusaha untuk berhenti memakan apa yang menjadi kesukaanmu.

Saat benar-benar aku terlahir dengan tubuh yang masih sangat mungil, aku hanya bisa nangis sejadi-jadinya. Owe-owe-owe. Sepanjang hari dan seringkali juga malam hari. Disaat engkau sudah mulai bisa tertidur, akhirnya usahamu untuk memejamkan mata, mendadak batal.

Suara tangisanku menjadi ulah semuanya dan memecah kesunyian malam pada waktu itu. Aku hanya bisa menangis. Lagi-lagi, engkau rela menungguku sampai aku benar-benar nyaman dan diam tanpa bersuara lagi, pertanda engkau sudah menjawab segala pintaku dengan suara tangisan. Berkat komunikasi yang Tuhan ajarkan padamu, engkau mengerti bahasa tangisanku. Engkau tahu semua makna tangisanku.

Semakin hari, badanku mulai tumbuh besar. Aku bisa merangkak, berjalan dan akhirnya aku bisa berlari-lari, bermain petak umpet. Tidak jarang aku akhirnya main petak umpet denganmu.

Sampai usiaku kini sudah tidak anak-anak lagi. Baru saja masuk dan menjadi pendatang baru di pintu dewasa. Aku besar dan bisa melakukan ini-itu. Aku hidup jauh darimu. Timbullah rasa mengacuhkan dirimu. Aku mulai tidak mendengarkan segala pintamu. Aku seringkali terlihat cuek, tanpa mengindahkan apa yang kau inginkan dariku.

Tapi itu semua hanya perasaan yang tampak dari luar saja. Sebenarnya aku sangat merindukanmu. Aku sangat mencintaimu. Dalam waktu dan jarak yang terpisah aku menangis dan sedih jika mengingat, lagi apa Mama sekarang. Makan apa engkau sekarang? Sudah lama, aku tak pernah lagi satu rumah dengan Mama. Hampir 3 Tahun lebih, aku hanya sesekali datang dan menginap satu atap denganmu. Karena aku harus menemukan jalan kemandirianku agar tak membebanimu terus-menerus.

Segala bentuk mondar-mandirku selama ini, datang dan pergi dari suatu tempat, menunggu dan menanti, melakukan sesuatu, hampir semuanya caraku, mencari serta menemukan kepingan demi kepingan puzzledimana ujungnya seringkali akan aku persembahkan untukmu wahai Mama.

Aku belum seperti kebanyakan orang, yang sudah membelikan apapun yang Mama inginkan. Aku juga belum bisa mengiyakan semua perintah yang terlontar dari mulut Mama. Aku ingin melihat Mama selalu tersenyum melihat anak yang sudah dibesarkan ini bisa berhasil. Bisa melakukan apa yang sesuai dengan passionku.

Kehidupan memang menyibukkan. Kadang aku tak pernah punya waktu untuk memperhatikan dirimu. Hanya untuk sekedar menanyakan kabarmu, seringkali aku lupa.

Pagi, siang, sore, dan malam hampir semuanya urusan pribadi. Urusan apapun, sehingga aku benar-benar melupakanmu. Padahal, ada engkau orang yang paling aku cintai duduk sepi di kejauhan sana, selalu mengingat diriku. Aku jauh berbeda denganmu. Saat aku belum bisa apa-apa dulu, engkau selalu ada buatku.

Mama. Aku merindukanmu. Aku ingin memelukmu. Aku selalu terbayang, waktu terus berjalan dan berputar mengejar matahari terbenam dan akan berhenti pada masa tugasnya habis. Begitupun dengan kondisimu, wahai Mama.

Siang malam dengan parasmu cantikmu berubah. Semakin hari semakin menampakan garis-garis membelah permukaan wajahmu. Rambutmu yang sudah tidak satu warna lagi. Warna kebanyakan orang Indonesia. Tidak lagi semuanya hitam. Namun sedikit-sedikit berganti menjadi putih. Suaramu yang sedikit kehilangan volumenya, dan matamu yang semakin lama,semakin sayu.

Aku masih ingat saat aku masih kecil, banyak hal yang membuat Mama harus mengeluarkan air mata atas kenakalanku sebagaimana anak-anak superaktif lainnya. Suaramu yang memanggil saat aku sedang asyik bermain dengan teman-temanku. Seringkali tak ku sadari bahwa aku harus kembali pulang. Aku mengacuhkanmu. Sampai-sampai kesabaranmu tak tertahankan, engkau datang ditempatku bermain, lalu memegang tanganku untuk pulang ke rumah, hanya untuk sekedar aku makan siang dulu.Atau saat engkau membangunkan diriku yang terlelap pulas di waktu pagi, aku seringkali menggerutu.

Itu dulu. Sekarang aku sudah jarang satu atap lagi denganmu. Aku rindu. Aku kangen masa-masa itu. Aku ingin masa-masa itu berulang. Mengisi hari-harinya dengan penuh kepatuhan dan berbuat apa yang Mama inginkan dariku. Mendengarkan dan melakukannya dengan penuh semangat sebagaimana aku bersemangat dalam bermain bersama teman-temanku.

Berbuat banyak dan yang dapat menyenangkan hati Mama. Aku ingin buat engkau bangga melahirkanku dari rahimmu.

Andai suatu saat nanti aku memang ditakdirkan menjadi orang yang berhasil, atau belum berhasil sepenuhnya, aku akan membalas semuanya dengan apa yang aku bisa. Aku tak ingin Mama merasa kesepian karena berjauhan dengan anak-anaknya. Aku ingin menemani masa-masa senjamu.

Meskipun selama ini, sepengetahuanku, Mama tak pernah meminta apapun dari diriku. Jarang sekali melihat engkau mengeluh ini-itu. Hampir dipastikan Mama selalu berhasil memendam sendiri segala kepiluanmu. Sampai-sampai aku tak pernah melihatmu bersedih. Kalaupun engkau sedang ada masalah, jalan satu-satunya hanya diam, dan duduk lama di atas sejadah. Melakukan apa yang bisa dilakukan. Membaca dan bermunajat pada Tuhan.

Mama, tanpa aku meminta doa darimu, pasti engkau sudah lama, diam-diam mendoakan diriku agar selalu mendapatkan semua apa yang aku inginkan. Tanpa aku ingatkan setiap harinya, engkau sudah mendoakanku. Tapi Mama, sebagai anak yang tahu diri, aku harus meminta doa darimu, agar jalan yang aku tempuh dapat berhasil.

Lika-liku mencari dan menggapai semua impianku berhasil dan akhirnya aku bisa membahagiakan dirimu. Tak hanya dengan materi saja, tapi dengan sikapku selama ini. Aku tak ingin buat dirimu kecewa.

Bagiku,Mama adalah seorang wanita yang sangat luar biasa. Sepertinya Mama tak berharap apapun dariku tentang materi. Hanya satu yang engkau harapkan. Setiap kali aku pergi melanglangbuana kemanapun diriku berada, hanya satu pinta spesifik dari mulutmu, yaitu Jangan melupakan Tuhan. Ya, hanya itu ucapan yang selalu diucapkannya berulang-ulang. Hampir tak pernah bosan ia mengingatkanku.

Semoga Mamaku selalu sehat di seberang Pulau Sumatera Sana. Tetap semangat menjalani hari-hari. Dan yang terpenting mendapatkan lindungan dari yang maha kuasa, dan kita semua bisa happy ending. Karena sebaik-baik orang adalah bagaimana ia menutup lembar akhirnya. Apakah dengan tinta arang, atau tinta emas.

Salam Rindu Anak Mama

Hutang Yang Tak Pernah Lunas

- Copyright © 2013 AZUKI - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -