Popular Post

Popular Posts

About

Tidak Semua Yang Diceritakan Disini Pemeran Utamanya Aku, Aku Bisa Jadi Dia, Dia Bisa Jadi Mereka
Anna Zukiaturrahmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Follow My Twitter

Time Is Money

Posted by : Azuki Sabtu, 28 Maret 2015

Perihal mencintai,  mencintai itu ibarat sepasang kekasih yang mengantre untuk menaiki bianglala. Saat kosongnya tepat berada di giliran kita, yang perlu diperhatikan adalah masing - masing di antara kita harus mengenggam tangan seorang, memastikan keduanya siap berada di dalam satu ruang yang sama, tanpa ada keraguan. Tanpa ada orang ketiga di dalamnya selama bianglala berputar. Sehingga, selama menaiki bianglala, kita dapat merasakan hal yang sama bersama-sama : rasa takut akan ketinggian ketika bianglala berada di atas puncak tertinggi, rasa deg-degan ketika bianglala berputar ke bawah, dan di antara kedua rasa tersebut, kita harus mengeratkan genggaman dan saling meyakinkan : aku akan selalu ada untuk mu, dan kamu akan selalu ada untuk ku.
Sesederhana itulah mencintai. Dan, merasakan cinta pertama berarti merasakan untuk kali pertama pengalaman menaiki bianglala. Bianglala pertama Aprisya ia lalui dua bulan yang lalu. yang tak pernah ia sadari sebelumnya. Dua bulan berlalu, Deka yang dulu berjalan lunglai, sekarang layaknya prajurit yang berjalan tegap.Lelaki itu lebih terlihat dewasa dari biasanya. Setelah Aprisya putus dari Tito, Deka kembali datang dalam jalur kehidupan Aprisya. Yang berbeda hanyalah, sekarang Deka lebih sedikit berani dan yakin akan cintanya. Deka mulai berusaha mendekati Aprisya kembali. Namun tak butuh waktu lama untuk Deka mendekatinya. Tepatnya di suatu malam di kota mereka. Dering handphone berbunyi menepis kesunyian malam.
"malam Sya, sedang apapun kamu disana, aku hanya ingin menyapamu dan berharap mendapat balasan senyuman mu :) " Sms Deka mengejutkan Aprisya. serasa disambar petir di malam dengan rintikan gerimis.
" :) " balasan Aprisya singkat, hanya icon titik dua tutup kurung telah menjawab semua pesan yang ditujukan padanya.
" Sya, sejak kali kita pertama kali ketemu ketika aku mengantar kamu pulang kerumah sepulang latihan drumband, setiap aku nyasiin kamu perform, aku sudah menyukai mu, aku tak memohon perhatian darimu, aku tak meminta apapun, aku melakukan semua ini karena aku menyukaimu, kejadian yang lalu bukan karena aku tak mencintaimu hingga membiarkan mu bersama Tito, itu hanya karena nyali ku tak ada untuk menyatakannya, namun sekarang aku sadar, aku tak mau kehilanganmu untuk kedua kalinya. Aku tau kamu tak menyukai ku, kamu tak menyukai sikap ku yang tak segentelman lelaki lain, aku tau kamu malu punya pacar sepertiku. aku tau itu, tapi aku benar-benar mencintaimu"
Hal yang sebenarnya ditunggu Aprisya pun menjadi kenyataan, menanti kata cinta yang telah lama ia sembunyikan dibalik kegengsiannya. Malam yang beribu bintang menjadi saksi sejarah akan hari jadian mereka.
***
Seperti ombak yang terus bergulung, menepi menuju sepi, seperti angin yang berembus mengurai sejuk, seperti itu juga kenangan yang mereka simpan dalam kotak terindah bernama hati, tentang mereka pertamanya saat rasa itu ada. Tujuh malam telah berlalu, tak ada satu haripun untuk mereka mampu bertemu. Hanya mencintai dibalik pesan singkat, mendengarkan lantunan suara pun tidak, apalagi untuk saling bertatap muka. Ada ketakutan tersendiri di dalam diri Aprisya setiap diajak untuk bertemu. Rasa nervous yang teramat besar membuat Ia di nilai mempermainkan cinta tulus yang Deka berikan. Namun sejatinya cinta yang terlalu besar membuat Aprisya ketakutan, keringat dingin, dan seketika menjadi bisu saat bertatap muka dengan orang yang benar - benar ia cintai. Berulang - ulang kali Deka mengajak Aprisya untuk bertemu sekedar makan siang, menemani mencari buku sekolah, menemani mengerjakan tugas sekolah, semua itu ditolak oleh Aprisya, dua hingga tiga minggu Deka sabar dengan hubungan mereka yang kaku. Namun tetap berjalan seperti air mengalir. belajar memahami wanita yang ia cintai. Hingga kesabarannya pun terhenti dan membuat hubungan mereka dilanda pertengkaran kecil. Deka bersikap dingin pada Aprisya. Dinginnya hubungan mereka memberi celah akan masuknya orang lain di cerita cinta mereka. Rasa diabaikan Aprisya pun timbul ketika Deka sibuk dengan organisasinya, Dengan support dari sahabat - sahabatnya Aprisya mampu mengalahkan rasa egois, grogi dan gengsinya untuk datang ke rumah Deka di saat hari ulangtahun ke-14 lelakinya itu. Pertama kalinya Aprisya memberikan sebuah hadiah kepada lawan jenisnya. Kado itu terbungkus rapi hasil kreasinya sendiri. Dibawah teriknya mentari siang itu ia yakin bertemu untuk pertama kalinya setelah hubungan mereka resmi pacaran.
"Siang Pa, Dekanya ada?" sapa Aprisya kepada lelaki tua yang membukakan pintu rumah yang ia kunjungi.
"Dekanya lagi tidak dirumah nak, ada yang bisa Saya bantu?" jawab sosok Papa Deka sopan.
"Ohh Saya hanya mau ngasihin hadiah ini Pa, Selamat ulangtahun buat Deka, Kalau begitu Saya pamit Pa, terimakasih" Asprisya mencium tangan lelaki tua untuk pamit pulang.
Ada rasa kecewa yang teramat besar dalam hati Aprisya saat itu, sebelum berada didepan pintu rumah Deka, Dari balik jendela Aprisya telah melihat Deka duduk santai memainkan petikan gitar di kamarnya. Namun Deka sengaja tak keluar untuk menemuinya. Aprisya hanya menghela nafas panjang dan beranjak meninggalkan lokasi itu.
Bingkisan kado dari Aprisya berkali - kali dipandangi Deka yang berada diatas meja belajarnya. Bingkisan itu tampak indah, penuh warna warni dengan ikatan pita biru. Perlahan Deka membuka ikatan demi ikatan dan mulai mendapati kotak kecil didalamnya. Gantungan Kunci dengan tulisan "Aku mencintaimu, dan rindu ini selalu ada, Happy Birthday My Dear" merupakan ungkapan hati dari Aprisya saat itu. Deka cengengesan membacanya. berulang kali Deka memandangi gantungan kunci itu. Membawa bayangan wajah Aprisya lari - lari dalam otaknya. Senyuman manis Aprisya datang menghampiri pikirannya. Malam yang diselimuti penuh senyuman membawa ia tertidur menyudahi perayaan hari lahirnya.
***
Sabtu sore berikutnya, Aprisya baru saja pulang dari sekolah, melepas lelah di ruang tamu sembari mendengarkan koleksi musik yang ia punya. tiba - tiba deringan telvon menghentikan playlist musik yang ia dengar,
"hai, kamu udah makan? aku kerumah mu ya, aku mau traktir makanan kesukaan mu" ajak Deka tiba - tiba.
"wah maaf, aku lagi diluar makan sama teman - teman" jawab Aprisya bohong, sejatinya karena ia baru saja pulang dari jalan - jalan sama teman - temannya dan masih sangat lelah.
Kebohongan demi kebohongan kecil kembali timbul di hubungan mereka. bahkan kecemburuan Deka semakin frontal disetiap pertengkaran terjadi. Kecemburuan pada para teman lelaki Aprisya menjadi sumber ketidak harmonisan hubungan mereka. Dion satu nama yang menjadi sumber bahasan pertengkaran mereka. Dion adalah teman dekat Aprisya dalam satu organisasi. Tak ada hubungan yang spesial antara Aprisya dan Dion. Aprisya tak memiliki rasa sedikitpun pada Dion, hanya saja Dion selalu memberikan perhatian pada Aprisya yang berbeda dari teman lainnya. Hingga pertengkaran Aprisya dan Deka tak terkendalikan. Rabu, kata putuspun keluar dari mulut Aprisya. namun dengan rasa cinta yang mereka miliki masing - masing hal itu hanya bertahan dua hari, Jum'at, Deka meminta maaf akan tuduhan yang berlebihannya kepada Aprisya dan meminta untuk balikan kembali. Atas dasar rasa memiliki mereka kembali balikan. Cobaan akan hubungan mereka tak hanya berakhir sampai disana. masih banyak lika liku itu. (bersambung)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 AZUKI - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -