AZUKI

Ada suatu masa dimana mahasiswa kedokteran hewan dihebohkan dengan suatu musim yang dikenal dengan empat huruf sederhana yaitu K-O-A-S. Menjadi seorang dokter adalah cita - cita yang banyak diminati dan harapan bagi berbagai idealisme. Menjadi dokter harus melalui dua tahapan pendidikan, yaitu praklinik dan kepaniteraan klinik. Praklinik adalah masa dimana 3,5 - 4 tahun perkuliahan dikampus dan akan diberikan gelar S.KH (Sarjana Kedokteran Hewan). Seorang S.KH belum dapat menjadi dokter hewan. Sama seperti Seorang SE (Sarjana Ekonomi) belum dapat menjadi akuntan. Seorang SH (Sarjana Hukum) belum dapat menjadi advokat atau notaris. Maka seorang S.KH harus menjalani kepaniteraan klinik atau koas (dari kata ko-asisten, artinya jelas sebagai asisten dokter, bukan dokter) atau periode dokter muda selama 1,5-2 tahun. Hingga sampai diambil sumpah untuk menjadi seorang dokter hewan. Menjadi koas adalah suatu periode pendidikan dokter yang ditekankan pada penerapan (aplikasi) teori-teori yang sebelumnya sudah didapat dari periode praklinik.

Namun sangat menarik jika kita berbicara tentang empat huruf sederhana ini. KOAS? ya Koas. menurut andreas kurniawan, tomy Koas itu adalah makhluk setengah dokter. Tampilannya seperti dokter, tempat kerjanya seperti dokter, alat-alatnya seperti dokter, tulisannya (terpaksa) mirip tulisan dokter, tapi otak dan mentalnya belum dokter. Baik dokter umum, dokter gigi, atau dokter hewan, semuanya akan melewati masa transisi setengah dokter ini. Masa koas itu lucu dan menarik sehingga yang akan, sedang atau sudah melewati masa tersebut, pasti tidak akan pernah bisa melupakannya. Kami pasti menertawakan diri sendiri lewat kebodohan kami dan pengalaman-pengalaman unik lainnya. Inilah kenapa masa koas itu begitu spesial, penuh cerita suka dan duka. 

Koas kedokteran hewan terdiri dari banyak rotasi. Kali ini aku bakal cerita bagaimana rotasi koas perdana yang aku jalani. Rotasi Klinik (Penyakit Dalam & Bedah) wooww amazing bukan? rotasi ini dilakukan di ibu kota Jakarta selama 2 bulan. Kerasnya ibu kota berpadu dengan kerasnya perkoasan. Pertama masuk sangat membingungkan mau berbuat apa, butuh waktu seminggu untuk beradaptasi dengan klinik dan orang - orang didalamnya. Mulai belajar cekokin makan kucing dan anjing rawat inap yang gak mau makan, ngasih obat pasien, handling yang berujung cakaran dan gigitan, ngafalin nama pasien, nyiapin tampon, nyiapin alat operasi, observasi pup, urin, muntah dan jalannya infus. Semua itu kami lalui selama 2 bulan. banyak pelajaran yang mampu dipetik dari waktu yang rasanya begitu lama sebanding dengan kerinduan ingin pulang. Ada kalanya kami putus asa, ada kalanya semangat dengan tiba - tiba, bahkan tetesan air mata bersama dalam satu waktu tak disadari pun ada. tetapi dengan semua tekat niat dan cita - cita yang mulia kami mampu melewati rotasi ini. hari ke hari, kasus yang kami dapatkkan semakin bervariasi, operasi yang luar biasa. sungguh surga ilmu yang kami dapatkan.

Pada dasarnya untuk mengartikan jeritan kesakitan dari pasien kami, goal yang kami butuhkan bukanlah suatu diagnosa, pasien kami tidak dapat ditanya keluhannya, tidak dapat dengan hanya melihat cukkucuk mendiagnosa, semuanya ada step per step hingga didapatkan suatu pengobatan yang tepat. Maka dari itu keypoint yang dapat aku simpulkan adalah "belajar". belajar lagi menjadi intisarinya. terus belajar, belajar, dan belajar. karena dari belajar kamu akan menjadi penolong bagi makhluk si anak berkaki empat.