Popular Post

Popular Posts

About

Tidak Semua Yang Diceritakan Disini Pemeran Utamanya Aku, Aku Bisa Jadi Dia, Dia Bisa Jadi Mereka
Anna Zukiaturrahmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Follow My Twitter

Time Is Money

Recent post

Archive for Februari 2015

Fase peralihan peremajaan membawa Aprisya dan Deka melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas (SMP) pilihan mereka masing - masing yang membuat mereka semakin jauh. Takdir mempertemukan Aprisya dan Vita satu sekolah madrasah. Sedangkan Kina dan Deka dipertemukan dikelas yang sama di sekolah negeri. Deka tak menganggap jarak akan mampu berbuat kejam pada cintanya. Cinta pertama yang ia perjuangkan, mencuri hati seorang gadis yang bersembunyi dalam helai ilalang. Sore itu Deka dan Aprisya dipertemukan disebuah pusat perbelanjaan. Aprisya menyeringai datar. pandangan itu pura-pura, Aprisya tau persis bahwa lelaki yang sedang memandangnya adalah Deka.
"Dia selalu tau kapan aku akan melewati sekolahnya, dia selalu tau jam berapa aku akan berada disini sepulang sekolah, untuk apa dia memperhatikanku segitu dalam? buat apa? mana nyalimu menyapaku? hanya memperhatikan dari jauh kebiasaanmu? iya itu kamu" bisik hati Aprisya saat menatap Deka dari kejauhan.
Dan untuk sore ini Deka pasti sudah meneguhkan hati sedaritadi hanya untuk mengeluarkan suara dan raut muka tegangnya. membujuk hatinya sepanjang hari agar berani menegur seorang gadis yang mencuri pandangannya. "Tak ada salahnya memberikan imbalan akan keberaniannya menyapaku sore ini" gumam Aprisya. maka ia tersenyum tipis, teramat tipis malah, sedikit menoleh meski tak menatap mata Deka. Lantas dengan cepat kembali memandang ke depan. Aprisya sama sekali tak berselera diganggu oleh lelaki itu. Lelaki itu menarik nafas pelan. Tersenyum tanggung. Lantas undur diri pelan-pelan.
***
Senyum pemisah dipusat perbelanjaan menjadi gerbang masuknya Deka kedalam labirin hati Aprisya. Deka tersesat didalamnya. Waktu yang mulai memaksa akan cerita dua insan menenggelamkan mereka dalam kata cinta. Perjuangan Deka yang selalu dipandang sebelah mata oleh Aprisya membuat Deka semakin yakin bahwa ini hanyalah teka - teki yang harus ia menangkan. Hanya Kina sebagai kompas yang akan membawanya berlabuh didermaga hati dari gadis pemilik jiwanya kini. Disela jam istirahat, Deka berusaha mencari moment untuk mendekati Kina, Hal itu hanya demi mencari informasi sederhana tentang Aprisya, "kin, Aprisya hari ini ngelewatin basecamp kita seperti jam biasakan?" tanya Deka girang. "Dek, kamu gak capek apa? ini ke 44 kali pertanyaan yang sama kamu lontarkan ke aku, gak aku jawabpun kamu udah tau jawabannya" geram Kina. Deka menarik nafas panjang dan menurunkan nada bicaranya "Kin, menurutmu, Aprisya suka aku kagak sih? apa hanya aku yang terlalu berharap? Aku kurang apa?" "kurang gantleman bung, lain kali kalau jalan dipertegap dikit, staycool gitu" Kina memperhatikan Deka dari ujung kepala hingga kaki. "hhmm kalau menurut ku, iya hanya itu Dek, tak ada wanita yang tak tertarik dengan lelaki segenius sepertimu, perjuanganmu, kegigihanmu dan kesholehanmu, wanita itu diperjuangkan, dan hanya lelaki hebat yang mampu mendapatkan wanita hebat. tak kan ada hasil yang mengkhianati suatu perjuangan, bertahanlah, kamu pasti akan mendapatkannya" Jawab Kina yang tak percaya ia berhasil berkata sebijak itu. "huuft sok bijak kamu, tapi benar juga, dia pasti jadi milik ku, hari ini, lusa atau nanti. Dan besok aku mulai belajar berjalan tegap denganmu," "oke siap bung", mereka berdua beranjak meninggalkan taman sekolah.
***
Dari sorot sudut sekolah yang berbeda, Vita dan Aprisya berjalan beriringan menuju halte angkutan umum kota, "Sya, hari ini temanin aku belanja ya" ajak Vita. "iya, iya, iya, boleh" girang Aprisya tak biasa. "loh kok kamu senang banget, ada apa? hhmmm biar bisa ketemu Deka ya? hayoo ngaku" "gak, ngapain ketemu dia, lihat dia jalan dari kejauhan, aku seperti sedang menyaksikan penari shalsa beraksi, amit -amit dah". Aprisya tak pernah mengakui perasaan yang sebenarnya ada dalam hatinya. Ia menyembunyikan apa yang ia rasakan, bukan karena ia tak suka, hanya saja ketidakyakinan ia akan cinta pertamanya untuk jatuh pada lelaki seperempat wanita itu. Gengsi menjadi malapetaka diantara mereka. Bahkan sahabatnya saja tak mampu membaca berapa besar cinta yang Aprisya punya untuk lelaki yang berjuang untuknya.
***
Sore di Payakumbuh, sepulang sekolah Deka pun menepati janjinya untuk mulai belajar berjalan tegap layaknya jendral angkatan udara yang siap memasuki lapangan upacara paripurna. "siap untuk hari pertama?" suara tegas Kina memekikan gendang telinga. "biasa aja, kita bukan mau latihan tentara juga" tanggapan Deka datar. "hahaha, ya sudah mulai dari sana, gaya cowok jalan itu paha kiri dan kanan gak boleh bersentuhan, paham" Kina memperagakan cara berjalan ala lelaki. Deka menirukan beberapa kali, mencoba, lagi, lagi dan lagi. "udah dulu hari ini, besok kamu terapin jalan kayak gitu, oke bung" Kina mulai meninggalkan Deka yang masih memperagakan  style baru berjalannya.
***
Waktu mulai melukiskan cerita - cerita perjuangan Deka untuk mendapatkan Aprisya. Banyak hal yang berubah dari Deka, cara berjalannya, style pakaiannya, cara bicaranya, dan masih banyak lagi. Waktu yang ia luangkan sebelum ia pulang kerumah hanya untuk menunggu Aprisya lewat didepan sekolahnya, hanya sekedar menatap an berlalu. hanya itu. tapi menjadi rutinitas mereka untuk saling menatap tanpa kata, Dan detak detik jam semakin membawa mereka saling memahami perasaan masing - masing. tak ada kata jadian yang begitu pasti dan sah. tak ada ungkapan cinta yang nyata diantara mereka, hanya hati yang mampu menterjemahkannya. Namun begitu bahagia yang tergambar dari lekukan wajah Deka ketika mereka didekatkan lewat cara Tuhan, sedangkan Aprisya masih memaksakan untuk senyum keikhlasan karena ia tak yakin bahwa Deka akan menjadi kekasih yang ia harapkan, kekasih yang gantelman, kekasih yang mampu melindunginya ketika ia dalam bahaya, dan yang akan selalu datang ketika ia membutuhkannya. Aprisya merasa, lelaki yang diharapkannya itu bukanlah sosok Deka. tapi ia mencoba menjalani kisah cinta monyet itu tanpa rasa percaya. hubungan mereka berjalan entah 6,7,8, atau 9 hari. Mereka tak pernah mengingat hal itu. mungkin Aprisya terlalu meremehkan hari - hari penting yang seharusnya tak ada, hingga hal yang mereka lalui disaat pacaranpun tak ada satupun yang ia ingat. mungkin Deka menyebutnya kejam, tapi benar, memang benar Aprisya terlalu kejam dalam kegengsian yang menyelimutinya. hingga kesibukan masing - masing membuat mereka mulai menjauh dan memulai kehidupan masing - masing tetapi Deka selalu menyebut nama Aprisya disetiap langkah hidupnya meski kini mereka tak sedekat kemaren. Aprisya mulai merasa kehilangan, "maafkan aku yang telah menyia-nyiakanmu bung" lafaz Aprisya diakhir gelisah yang sesungguhnya ia masih menunggu ungkapan cinta Deka yang nyata, bukan hanya kedekatan yang begitu erat tanpa ada status yang jelas di cerita cinta yang tak percaya ada.
***
Banyak orang bilang wajah Aprisya cantik, rambut hitam panjang, kecerdasan berfikir, kedewasaan, penjelmaan positif, mata misteriusnya, dan bibir mungilnya menjadi daya tariknya untuk memikat hati lelaki manapun. Seorang lelaki mulai tertarik padanya. Hingga Aprisya mulai menjalin hubungan dengan Tito, tetapi tak ada yang spesial dari hubungan mereka. Aprisya tak merasakan hal istimewa saat bersama Tito. Disela hubungan itu, untaian huruf D-E-K-A tiba - tiba muncul dalam putaran garis lintang dalam benak Aprisya, bukankah seharusnya Ia bahagia dengan Tito? Apa Aprisya menerima Tito hanya untuk memanas-manasi Deka yang tak kunjung menyatakan cintanya. Menjalin hubungan dengan lelaki lain untuk memancing keberanian Deka mengungkapan dan ketulusan cintanya. kenapa hanya nama Deka yang ada dipikirannya? ataukah ini yang dinamakan karma? ahh bukan.. itu hanya imajinasi Aprisya saja. Ia berusaha meyakinkan pikirannya sendiri. hingga hubungan Aprisya dan Tito pun kandas seketika. "Dan kau bung, kau lah yang menjadi alasanku untuk mengakhiri hubungan ku dan Tito, karena aku menunggu ungkapan cintamu, yang aku takutkan cintamu basi jika kau menunda mengungkapkannya" ujur Aprisya pada ilusi bayang sosok Deka yang menghampiri pikirannya. (bersambung)

Anastesi Cinta #vial2

- Copyright © 2013 AZUKI - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -