Popular Post

Popular Posts

About

Tidak Semua Yang Diceritakan Disini Pemeran Utamanya Aku, Aku Bisa Jadi Dia, Dia Bisa Jadi Mereka
Anna Zukiaturrahmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Follow My Twitter

Time Is Money

Posted by : Azuki Senin, 29 Desember 2014

Pagi ini gerimis turun lagi, sangat menyenangkan diluar sana terlihat suasana damai beranginkan kebebasan. Tidak begitu ramai, hanya cukup membuat kelip lampu sepeda motor menembus gumpalan embun. melangkahkan kaki keluar rumah di Senin pagi adalah menjadi tanggungjawab pemuda pemudi Indonesia. Aprisya menghela nafas panjang sambil melafazkan "Bismillah". ini untuk pertama kalinya ia berangkat sekolah dibangku enam sekolah dasar. Tangannya mulai menengadah kepojokan rumah, merasakan embun dan gerimis yang meleburkan rasa deg-degannya pagi ini. mulai mengepalkan jemari, membekukan perasaan, mengkristalkan harapan dan hari ini cerita itu dimulai.
***
Di kelas barunya, Aprisya mulai melukiskan cerita tentang dua orang sahabatnya Kina dan Vita, dan tentang cinta monyet yang memenjarakannya. Tiba - tiba Aprisya mendesah penuh harapan, lalu bertanya "Jatuh cinta itu... rasanya gimana ya?". Kina dan Vita saling menatap, kelimpungan menanggapi pertanyaan Aprisya yang tak biasa "memangnya kenapa?" jawab Vita. Aprisya memutar tubuhnya membentuk segitiga menghadap pada kedua sahabatnya "kayaknya menyenangkan,bisa pergi bareng, tukaran hadiah, ngerayain hari - hari penting dan hal lainya". "huufh" Kina mendengus dan menekan kepalanya kebawah "itu yang kita bayangin aja asyik, udah dijalani pasti gak se asyik itu, lagi pula siapa yang mau dekatin kita yang populer ini". Mereka bertiga terdiam larut dengan pikiran masing - masing.
***
Sore di Payakumbuh. Langit mendung tetapi tak ada tetesan air yang turun dalam bentuk hujan. Dua anak kecil saling berlari mengejar dan membalas pukulan agar cock melewati net, Vita dan teman kecilnya Deka. Deka seorang lelaki yang genius, sopan, baik dan ramah. Deka dan Vita tinggal pada sebuah komplek istana kecil yang dipisahkan dinding bata. "huufh, mana katanya jagoan..main bulutangkis kok kalah terus sih?" "aku sengaja ngalah kok". Vita menjulurkan lidahnya, huustt, smash yang diarahkan Vita mengenai tubuh Deka. "yay, poin lagi" Vita mengangkat tangan tinggi - tinggi. Deka kembali mengambil posisi, mencari celah untuk mencari point tapi sayang usaha itu sia - sia. Lagi - lagi Vita menambah point. Langit mulai gelap, rintik air mulai pelan - pelan menembus tanah. Rintik hujan perlahan semakin besar. Suara petir menyambar membuat Vita dan Deka menjauhi lapangan dan berlari berlindung kebawah pohon. percakapan ringan memecahkan suasana dingin sore "Dek, kamu pernah jatuh cinta?" pertanyaan Vita membuat Deka tersenyum "belum, tapi kayaknya asyik seperti kak Fahri dan pacarnya" Deka menyebut nama abangnya. yang akhir - akhir ini dilamun cinta. "tadi disekolah Aprisya tiba - tiba nanya gitu, kita bingung mau jawab apa" polos Vita. Penasaran "Aprisya? si gitapati drumband sekolah mu itu? dia belum pernah jatuh cinta? jatuh cinta sama aku aja kalau gitu, kenalin aku donk ke dia" "serius kamu mau kenalan sama dia?" antusias Vita menanggapinya. "Iya, serius, sampaikan salam ku ke dia ya, dan besok aku bakal main ke sekolah mu lihat dia latihan drumband". Vita tersenyum, mengangukkan kepalanya dan meacungkan jempolnya untuk misi baru mereka.
***
Jarum jam menunjukkan pukul lima belas menit sebelum pukul tiga sore. semua anggota drumband telah berkumpul dilapangan sekolah bersiap latihan rutin mereka. "Sya, hari ini ada teman ku yang mau kenalan sama kamu, namanya Deka, dia berjanji akan datang kesini melihat kita latihan drumband sore ini" celoteh Vita dengan semangat. "ooh gitu, biarin aja" cuek Aprisya. Tiga puluh menit selang latihan Deka pun datang, namun Aprisya hanya cuek tanpa peduli ada seseorang lelaki yang sedang memperhatikan gerak gerik gemulai gitapatinya. hingga latihan berakhir, tetap tak ada percakapan yang terjadi antara Aprisya dan Deka. Vita dan Kina berusaha mencari celah untuk memperkenalkan Deka pada Aprisya, namun Aprisya tampak sangat cuek dan meninggalkan sekolah berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dibelakang sekolah. Deka dengan kaos putih yang dikenakannya dan sambil mendorong sepeda ontel berjalan disebelah Aprisya dengan percakapan perkenalan - perkenalan kecil hingga sampai dipintu depan rumah Aprisya, Deka pun pamit pulang. Nama Deka mulai menyelusup masuk kekehidupan Aprisya, berjalan bergandengan menapaki hari - hari dipenghujung kelulusan mereka. Kina dan Vita selalu berusaha membantu Deka untuk mendekati Aprisya. walau masih sangat sulit. Aprisya dengan kegengsiannya, kecuekannya, dan kemanjaannya tak mampu terluluhkan oleh Deka. Walaupun demikian Deka bukan seorang lelaki yang pantang menyerah. Deka selalu meyakinkan Aprisya bahwa inilah cinta pertama mereka. Hingga waktu kelulusan sekolah dasar pun melindas cerita dua anak remaja Aprisya dan Deka yang tak kunjung mampu menjadi kata "kita". (bersambung)
***

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 AZUKI - Kurumi Tokisaki - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -